Suasana saat penggerebekan kasus perjudian.
WARTATAPANULINEWS.BLOGSPOT.COM,
MEDAN | Seorang wartawan dari media
online yang berkantor di Kota Medan mendapat teror pelemparan batu. Teror itu
diduga karena rencana pemberitaan terkait seorang penjabat (Pj) Walikota yang diduga ditangkap Kepolisian karena bermain judi.
Akibat pelemparan batu itu tersebut, kaca mobil depan milik
wartawan rusak parah. Selain itu, dia mendapat ancaman akan dibunuh oleh orang
suruhan.
Wartawan yang diteror tersebut bernama Muhammad Arief
Tampubolon. Walau pun mendapat teror, dia tidak lantas berhenti. Namun, Arief
berinisiatif menggelar konferensi pers membahas teror yang dialaminya dan
membahas rencana pemberitaan kasus judi yang akan diungkapnya.
Dalam konferensi pers, Arief menceritakan pengungkapan kasus
perjudian seorang pejabat bersama lima orang rekannya yang diduga penyebab
teror yang dialaminya.
Mulanya, Arief mendapat informasi bahwa telah ditangkap
seorang pejabat Pemprov Sumut berinisial SH karena bermain judi. SH juga
merupakan penjabat Walikota di salah satu daerah di Sumatera Utara.
SH ditangkap bersama 5 orang rekannya yakni berinisial OD (kontraktor), AH (Pejabat eselon 3 Pemprov
Sumut), PS (kontraktor), Srh (Mantan aktivis) dan RD (Mantan Aktivis). Mereka diduga ditangkap pihak Kepolisian di salah satu hotel
di Jalan Sisingamangaraja, Kota Medan pada 20 Mei 2018 lalu.
Mendapat informasi tersebut, Arief berinisiatif mengumpulkan
data dan dokumentasi terkait penangkapan tersebut. Pasalnya, 6 orang yang
ditangkap tersebut diduga dilepaskan dari jerat hukum oleh oknum setelah
ditangkap.
"Enam orang yang bermain judi itu diduga dilepaskan
pada tanggal 21 Mei. Tepatnya satu hari setelah ditangkap polisi. Mereka
dilepas pagi hari," ujar Arief dalam konferensi pers di Jalan Wahid
Hasyim, Kota Medan pada Senin (9/7/2018).
Setelah sebulan mencari data terkait kasus dugaan pelepasan
6 orang tersebut, Arief pun mendapat titik terang. Dia mendapat sejumlah data
dan dokumentasi saat penangkapan 6 orang tersebut.
Arief mendapat foto SH saat di ruang penyidikan, foto KTP
elektronik milik SH dan foto saat keenam orang tersebut ditangkap di dalam
kamar hotel. Selain itu, Arief juga mendapat bukti penting yakni rekaman video
saat penggerebekan itu terjadi.
Arief memaparkan kasus dan kondisi mobil arief.
Arief mendapat semua dokumentasi tersebut dari seorang
narasumber. Bukti-bukti tersebut diterima Arief pada 18 Juni 2018.
Arief menuturkan, video yang disimpannya tersebut merupakan
bukti kuat adanya penggerebekan kasus perjudian itu. Dalam video, terlihat lima
orang yang ditangkap. Lalu petugas penegak hukum memperlihatkan kartu resmi dan
mengutip uang yang ada di atas tempat tidur.
"Saya kenal semua yang ada di video tersebut. Yang
menangkap itu polisi. Saya kenal mereka," kata Arief sembari menyebut beberapa
nama polisi yang ada dalam video.
Arief tidak langsung membuat berita dan mempublikasikan
video tersebut lantaran menimbang dalam video tersebut diduga terekam beberapa
aparat penegak hukum. Dia pun masih memperkuat informasi agar beritanya nanti tidak
membuatnya tersandung hukum.
Setelah mendapat informasi dan bukti terkait pelepasan 6
orang tersebut dari jerat hukum, Arief mengkonfirmasi sejumlah pihak
diantaranya SH dan pihak kepolisian.
"Sebelum dan sesudah mendapat bukti itu saya melakukan
konfirmasi. Namun tidak mendapat jawaban dari SH dan kepolisian. Yang ditangkap
itu tidak ditahan," terangnya.
Bukannya mendapat jawaban atas konfirmasi, Arief malah
dihubungi oleh sejumlah pihak yang mengaku orang suruhan SH. Pihak yang
menghubungi itu juga berniat untuk bertemu Arief.
Arief mengaku pihak yang menghubunginya tersebut
diperintahkan agar bernegosiasi kepada Arief agar tidak menerbitkan berita
kasus dugaan pelepasan 6 orang yang terlibat kasus perjudian itu.
Orang suruhan yang menghubungi dan menemui Arief bukanlah
sembarang orang. Orang-orang suruhan itu berlatar belakang sebagai politisi,
pejabat pemerintahan, akademisi dan pengurus OKP.
Orang-orang itu pun menawarkan sejumlah uang agar Arief
tidak menyebarkan video penggerebekan itu dan tidak membuat berita
penggerebekan tersebut.
"Pertama saya ditawari 50 juta rupiah. Lalu saya
ditawari lagi 30 juta oleh orang yang berbeda. Permintaan mereka agar saya
jangan menyebarkan video dan tidak buat berita tersebut," ungkap Arief.
Namun, tawaran dari orang-orang tersebut ditolak oleh Arief.
Kendati demikian, Arief tidak langsung menolak secara kasar. Arief pun membuat
permintaan yang diyakininya tidak dapat dipenuhi oleh SH dan orang suruhannya.
Atas penolakan tersebut, Arief pun mendapat ancaman.
Puncaknya terjadi pada Kamis 5 Juli 2018. Pada hari itu, seorang politisi ingin
membahas terkait video tersebut dengan Arief. Kembali, Arief menolak permintaan
dari pihak SH.
"Saya tolak tawaran merekan. Lalu si BH (politisi)
mengatakan jika mereka tidak bisa menghentikan saya, maka ada orang suruhan
yang akan menghabisi saya. Narasumber yang memberikan video dan foto itu minta
agar saya publikasi. Setelah acara ini, videonya akan saya share ke teman-teman
media," lanjutnya.
Ancaman itu pun benar terjadi. Setelah pertemuan itu, Arief
pun hendak pulang ke rumahnya dengan mengendarai mobil. Sebelum pulang, Arief
singgah ke toko untuk membeli susu untuk anaknya.
Kemudian saat melintasi Jalan Bromo, Medan. Tiba-tiba satu
unit sepeda motor jenis yang ditumpangi 2 orang memepet mobil yang dikendarai
Arief. Lalu orang yang berada diboncengan itu melemparkan batu besar dan
menghancurkan kaca depan mobil Arief.
"Saya duga mereka sudah mengikuti saya. Mereka melempar
batu lalu berputar arah. Setelah itu mereka langsung kabur. Kaca mobil rusak
parah. Untung saya tidak terluka. Pelakunya orang tak dikenal," tambah
Arief.
Setelah mendapat teror tersebut, Arief pun membuat laporan
ke Polsek Medan Area. Hingga kini, pihak kepolisian masih menyelidiki kasus
tersebut. Sedangkan pasca teror itu, tidak ada lagi orang-orang suruhan yang
melobi Arief terkait kasus perjudian itu.
"SH ini orang penting di kelompoknya. Jadi kalau dia
diganggu, teman-temannya pasti akan mengurusi. Mungkin jika kasus yang saya
telusuri itu terungkap bisa membahayakan posisi SH sebagai pejabat publik. Saya
minta kepolisian agar menangkap pelaku penyerangan saya.
Saya minta kapolda Sumut untuk menahan 6 pemain judi yang digerebek
di hotel itu," harap Arief.
Terkait kasus dugaan pelepasan 6 orang yang terlibat
perjudian itu, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Tatan Dirsan Atmaja belum
memberikan informasi lengkap.
"Ya bang terimakasih infonya ya. Saya cek info ini
terlebih dahulu ya," kata Kombes Tatan.
Sedangkan terkait kasus penyerangan terhadap Arief sampai
saat ini masih diselidiki pihak kepolisian. (iwo)


Komentar
Posting Komentar